Tuesday, August 11, 2009

Maafkan atas sikapku



Separuh jiwaku telah melekad dalam jiwamu. Kau sumber inspirasi hidupku. Kau mengajari aku menghargai hidup. Kau menunjukkan rasa cinta dan kasih sayangmu padaku. Walaupun terkadang dirimu menunjukkan kekakuan dalam bersikap namun aku merasa nyaman bila berada dalam hidupmu walau itu hanya dalam dunia maya.

Kawan,
Maukah engkau memaafkan atas kesalahan yang telah aku perbuat terhadap hatimu. Bukan maksud hatiku untuk menyakiti hatimu. Aku hanya guyon. Aku mengetahui, bila kini hatimu sedang terluka karena perbuatanku. Aku mengetahui, bila kini hatimu sedang marah terhadap perilaku kawanmu ini yang mengecewakan hatimu atas guyonan itu. Dan aku mengetahui pasti, bila kini dirimu sedang tak ingin didekati oleh siapapun. Aku mengerti dan memahami perasaan yang sedang bergejolak dalam hatimu.




Kawan,
Sejak engkau mengacuhkan dunia mayaku, hati ini terasa tersiksa. Hari-hariku diselimuti perasaan bersalah terhadaphatimu. Aku telah mencoba mendekati hatimu yang terluka namun aku sadar benar, engkau sedang tak ingin di ganggu. Semoga hanya untuk sementara waktu saja.

Kawan,
Aku ingin perkenalan kita yang berawal dari maya akan berakhir di kehidupan nyata tanpa menyakiti hati siapapun. Aku ingin kisah kita menjadi indah. Aku ingin terus mengukir cerita dalam kehidupan yang pasti akan berakhir. Aku tak ingin melepas perkawanan ini. Dan tanpa lelah aku akan terus berusaha mendekati hati yang mungkin suatu hari akan ceria kembali meski aku tahu lubang itu tak’kan tertutup rapat seperti sedikala.

Kawan,
Saat ini aku tak sanggup kehilangan dirimu dan tak’kan dapat kehilangan dirimu untuk selamanya. Aku berharap dirimu merasakan hal serupa.

Kawan,
Jika suatu hari engkau membaca ungkapan hati ini, mudah-mudahan hatimu telah membukakan pintu maafmu untuk kawan mayamu yang tak mampu mengerti sepenuhnya atas keadaan diri dan hatimu. Semoga hatimu dapat menyisihkan kepingan kecil dari hatimu untuk diriku.

Wednesday, August 5, 2009

Antahlah


Mau jadi apa diri ini. Tak ada asa yang tersisa dalam hidup. Semua terasa gelap dan suram. Sanggupkah aku melangkah. Mencari pencerahan jiwa dan raga. Sampai kapan diri ini dapat membina kehidupan dengan pemikiran yang sedewasa mungkin.

Dahulu kala bapakku masih hidup, kehidupanku mungkin bisa ceria walaupun terkadang aku merasakan tekanan dari beliau. Dan baru kusadari kasih sayang beliau teramat dalam untuk hidupku setelah beliau pergi meninggalkan dunia ini.

Mungkin saja dalam hati ini merasakan penyesalan namun aku tak ingin membuat arwahnya tak tenang di sisiNYA. Mungkin tiap malam airmata ini terus menetes tanpa hentinya. Dan mungkin hati tak sanggup membuat beliau merasakan kebahagiaan kala beliau masih ada didunia ini. Namun satu yang aku harus yakini bahwa beliau telah tenang disisiNya.


Papi,
Meskipun papi telah pergi meninggalkan kami, namun kenangan tentang papi akan selalu ada dalam memori kami. Meski kami kehilangan sosok pahlawan tanpa penghargaan namun sosok papi selalu melekat dalam benak kami. Bukan aku merasa sombong. Beruntung aku masih sempat mengurus papi semasa papi masih didunia ini. Terimakasih ya Alah, Engkau mengizinkan hambaMu yg hina ini. Merawat beliau dikala beliau sakit. Meski aku tak mengantar beliau ke tempat peristirahatan terakhirnya, insyaAllah aku akan selalu mendo'akan untuk kedamaian beliau.

Papi maafkan putrimu ini yang belum mampu berdiri di atas kaki sendiri. Putrimu ini masih bergantung pada adek-adek. Masih menumpang hidup pada mereka. Rasa malu akan selalu menghantui hidupku sampai aku dapat bangkit dan meneruskan kehidupan ini. Entah kapan, pih. Papi, maafkan putrimu yang selama itu baru menunjukkan kasih sayangku padamu disaat papi terbaring lemah di dipan rumahsakit. Semoga waktu itu papi bisa merasakannya.


Ya Allah ampunilah segala dosa-dosa papi dan kami semua. Bukakan punti rahmatMu pada kami. Lapangkanlah hati kami menerima Qadha dan QadrMU. Kuatkanlah hambaMu yang lemah ini melewati cobaan yang menghantam kehidupanku.

Saturday, August 1, 2009

Mungkinkah?

Maukah kau memberikanku suara, membebaskan rasa cemas?
Berkenankah bila aku memberikanmu telinga, lewati hari demi hari?
Bolehkah aku memasuki kehidupanmu, mengenalmu dalam suka dan duka?
Mungkinkah seseorang yang dapat kau percaya disetiap langkahmu itu aku?
Bisakah aku berharap suatu hari nati kita berteman dan mengatakan "bagaimana kabarmu?"